Serang, hipotesa.id – Perayaan Imlek 2572 ditengah situasi pandemi Covid-19 terlihat tampak sepi dan tidak ada keramaian seperti pada perayaan Imlek tahun sebelumnya. Hal itu karena adanya pembatasan jemaah yang hendak melakukan ritual peribadatan di Vihara Avalokitesvara tepatnya di kampung Pamarican, desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.
Pembina Vihara Avalokitesvara, Sutanta mengatakan, pembatasan ini dilakukan guna menekan penyebaran virus Covid-19. Pihaknya sudah memberi tahu kepada seluruh umat Budha bahwa tidak ada perayaan untuk Imlek tahun ini. Rangkaian acara hanya diisi untuk sebatas ritual, setelah itu jemaah diperkenankan untuk pulang ke rumahnya masing-masing.
“Yang dateng langsung ke Vihara pun kita beri tahu untuk menerapkan protokol kesehatan, dan jemaat juga gak sebanyak seperti perayaan Imlek tahun lalu. Paling yang hadir 70 persen, sisanya ibadah dari rumah masing-masing”, ujarnya, Jum’at, (12/2/2021).
Sutanta menjelaskan, Imlek biasanya dirayakan terlebih dahulu di rumah masing-masing dengan kerabat dan sanak saudara. Setelah itu masyarakat budha langsung menuju Vihara untuk melakukan ibadah bersama-sama.
“Biasanya kan umat itu di rumah dulu merayakan dengan keluarganya. Setelah itu baru ke Vihara untuk sembahyang. Itu juga ketika di vihara tidak berkerumun, soalnya kan keliling. Setelah selesai ibadah, umat langsung pulang”, Jelasnya.
Masih kata Suntanta, Pada perayaan Imlek 2572 atau 2021 ini, jumlah umat Buddha yang hadir secara langsung di Vihara Avalokitesvara Banten dibatasi hanya 100 orang.
“Kalau sebelum ada pandemi, umat yang hadir itu nyampe seribu, karena sekarang dibatasi paling cuman seratus orang ini”, tambahnya.
Lokasi Vihara Avalokitesvara berdiri dekat dengan Masjid Agung Banten lama sebagai identitas toleransi. Masyarakat Budha dan warga yang tinggal di lingkungan itu dikenal dengan kerukunannya dan saling merawat nilai-nilai kemajemukan.
Salah seorang pengunjung Vihara Avalokitesvara asal Kota Cilegon, Maya, mengungkapkan, dirinya berkunjung ke vihara setiap perayaan Imlek. Ia mengaku, kunjungannya ke vihara karena dilandasi rasa takjub melihat bangunan Vihara yang estetik dan juga tempatnya yang sangat sejuk.
“Iyah, saya kesini tuh setiap satu tahun sekali paling pas perayaan Imlek. Saya suka lihat bangunannya. Orangnya juga ramah-ramah. Bukan hanya umat Budha doang yang kesini, umat lain juga banyak yang kesini sekedar melihat-lihat bangunan. Ini kan guyub banget, merawat kebhinekaan”, ujarnya.
Maya menilai, dengan adanya pengunjung dari lintas suku, ras, dan agama tersebut, adalah bentuk toleransi yang mesti dijaga dan dipelihara oleh semua kalangan masyarakat.
“Inikan yang kesini bukan cuman umat Budha, tadi saya lihat ada juga dari umat Muslim, saya juga umat Nasrani, tetapi kan saya kesini sebagai bentuk destinasi wisata sejarah, ya bahwasanya di Banten ada peninggalan jejak toleransi”, pungkasnya. (Uqel)