“Jadikan setiap tempat sebagai sekolah, jadikan setiap orang sebagai guru”. Ki Hajar Dewantara.
Syukron Rosyadi, pria yang telah banyak menjuarai perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat daerah, lahir di Cilegon 27 Januari 1996. Lulusan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darul Qalam yang kini berprofesi sebagai pengajar di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Al-Jauharotunnaqiyyah. Bertempat tinggal di Lingkungan Kadipaten, Kelurahan Kedaleman, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, telah sukses mendirikan sebuah majelis taklim di lingkungan ia tinggal.
Majelis taklim yang ia dirikan sejak bulan Juli tahun 2019 dan diberi nama Al-Waduud yang dikelola secara sukarela itu telah banyak mewarnai proses perjalan hidupnya dan masyarakat sekitarnya.
Syukron bercerita dengan pembawaan diri yang sangat santun. Bahwasanya Majelis taklim yang digunakan merupakan wakaf dari Almarhum H. Jahidi, beliau merupakan tokoh masyarakat kadipaten, beliau mewakafkan Mushola dan Madrasah. Syukron diberi amanah untuk mengelola majelis taklim ini. Awal namanya Majelis Taklim ini bernama Ar-Rosyadi, seiring berjalannya waktu, Majelis Taklim berganti nama menjadi Al-Waduud. Waduud yang berarti kasih sayang atau penuh pengharapan. Berharap dari tempat inilah tercetak generasi Qur’ani.
Inisiatif itu berawal dari kegelisahan Syukron terhadap generasi sekarang, dimana anak-anak lebih hobi bermain handpone sehingga waktu belajar mereka tersita, ditambah saat ini adanya metode pembelajaran secara daring semakin menguatkan genggaman tangan mereka untuk tidak terlepas dari sebuah benda elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus tersebut.
Degradasi moral, kedangkalan pengetahuan agama dan sosial serta sikap apatis yang nampaknya sedikit demi sedikit telah menyelimuti generasi sekarang menjadi ancaman yang cukup ia dan masyarakat sekitar khawatirkan. Atas keadaan yang sedemikian rupa, Ia dibantu oleh sahabat-sahabat nya yang sekaligus pengajar di majelis taklim serta dorongan dari masyarakat berusaha menjawab segala apa yang dikhawatirkannya tentang generasi sekarang yang akan menjadi penentu dimasa depan dengan memberikan edukasi lewat sebuah kegiatan-kegiatan positif di majelis taklim nya.
“Puguh iye risi ngedeleng bocah-bocah menganan hp bae. Komoh saiki mah belajare sing hp, yewis gah nyangkin-nyangkin” keluh sang ibu dari anak yang ikut serta mengaji di Majlis taklim Al-Wadud
Syukron mengakui bahwa jika hanya dirinya sendiri ia merasa tidak mampu, ia perlu dukungan dan bantuan orang lain untuk mewujudkan cita-citanya. Persis konsep yang dituangkan dalam kebebasan Filsafat Eksistensialisme Jean Paul Sartre. Dimana manusia untuk menemukan eksistensinya perlu keterlibatan lingkungan dan subjektivitas manusia lainnya.
Majelis taklim, salah satu tempat belajar. Perkumpulan yang biasanya didominasi oleh ibu-ibu. Saat ini nampaknya anggapan tersebut sedikit demi sedikit mulai memudar, dan majelis taklim mulai menemukan hakikat keberadaannya, sebagai tempat belajar. Tempat belajar yang tak mengenal gender dan usia. Mulai dari anak-anak sampai kalangan dewasa laki-laki dan perempuan turut serta belajar di majelis taklim Al-Waduud.
Tahsin dan tahfidz metode Ummi menjadi program unggulan di majelis taklim Al-Waduud. Salah satu metode menghafal Al-Qur’an di Indonesia yang berpusat di Surabaya. Metode Ummi ini adalah metode yang menggambarkan tentang pengajaran seorang ibu yang penuh kasih sayang terhadap anak-anaknya. Sebab Ummi sendiri berarti ibu.
Selain tahsin dan tahfidz, ada juga Khotmil Qur’an yang dilaksanakan setiap bulan, hadroh basaudan yang berisi kegiatan dzikir dan shalawat, kajian kebangsaan yang dilaksanakan setiap malam Selasa, kajian kitab matan tuhfatul Athfal setiap malam Rabu dilanjut dengan tilawah, dan sewelasan yang berisi pembacaan manakib jauhirul ma’ani yang dilaksanakan setiap tanggal 11 bulan Hijriyah. Semuanya adalah kegiatan mingguan dan bulanan di majelis taklim Al-Waduud. Sementara setiap harinya di isi dengan kegiatan mengaji setelah Maghrib.
Gagasan Syukron mendirikan Majelis Taklim Al-Waduud tentunya disambut baik oleh masyarakat. Terlihat jelas antusiasme masyarakat dalam mendermakan hartanya berupa makanan dan minuman yang selalu memenuhi di setiap kegiatan.
“Saya mendukung penuh apa yang dilakukan Syukron dan teman-temannya, saya turut berbangga hati ada warga saya yang memikirkan masa depan generasi, semoga Istiqomah,”. Habibi selaku ketua RT menyampaikan dukungannya dengan penuh kebahagiaan dan harapan baik untuk masa depan
Syukron berharap walaupun majelis taklim nya belum terdaftar dalam Kemenag, ia meminta untuk jangan melihat dari sisi administratifnya, namun lihatlah dari sisi kebermanfaatannya untuk umat dan bangsa. Apalagi di tengah situasi pandemi, dimana banyak orang meningkatkan imun namun tidak sedikit juga yang lupa untuk meningkatkan iman.
Perlu kiranya kita menempatkan majelis taklim atau majelis ilmu sebagai komponen penting dalam berkehidupan ditengah arus globalisasi. Majelis taklim sebagai benteng pertahanan dalam melindungi generasi masa depan dan sebagai manusia yang percaya adanya Tuhan.
Pada majelis ilmu ada dua hal utama yang membuat istiqomah sampai ajal menjemput: Pertama adalah ilmu yang menjaga kita dan kedua adalah sahabat yang shalih yang selalu meingingatkan akan akhirat.
Reporter : Maul
Penulis : Maul
Editor : Samsul Ma’arif
Al-Waduud majelis ta’lim al-qur’an
Membangun generasi qur’ani
Membimbing pemuda dan pemudi
Agar pandai mengaji
panjang umr hal-hal baik
Alhamdulillah berkat kenal dengan beliau diajar guru PPL dari IAIB ke MAN 1 Kota Serang, sampai sekarang sudah saya anggep sebagai sodara.
Sekarang udah jadi ustad qori muda di kota cilegon.
Perjuangan beliau subhanallah, sehat sehat Ustad Syukron Rosyadi, S. Pd
semoga selalu dalam keadaan baik