Cilegon, hipotesa.id – Pelantikan Walikota dan Wakil Walikota dihiasi dengan kenyataan hampa dan penderitaan. Seharusnya pelantikan ini menjadi pesta rakyat, penuh suka cita dan kebahagiaan, menyambut pemimpin baru dengan penuh pengharapan.
Akan tetapi. Pemulung, lansia, dan pengemis, banyak ditemukan di sudut-sudut tempat rangkaian pelantikan berlangsung. Mereka tetap mengais rezeki dengan memulung, berharap dermawan membagikan sembako di tengah acara pelantikan.
Ibu Ratih, berusia 26 tahun sudah melakukan aktivitas memulung selama 3 tahun. Ia mepunyai satu orang anak yang berusia 2 tahun, hidup dengan seorang Ibu yang mempunyai 4 orang anak. Biasanya ia memulung mulai dari jam 06.00 Pagi sampai jam 11.00 malam, hasil memulung hanya mecukupi kebutuhan makan sehari-hari.
Dampak dari pandemi, sangatlah dirasakan oleh keluarga Ratih, sampai-sampai Ibunya yang sudah lansia terpaksa harus ikut memulung, guna mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Saya berharap pejabat yang terpilih, bisa memberikan perhatian kepada kami yang kurang mampuh,” Ia berkata sembari mengusap air mata.
Mang Jaka, seorang lansia yang berumur 70 tahun, tidak punya pekerjaan dan hidup sendirian, keluarganya sudah meninggal. Kesehariannya ia hiasi untuk berkeliling kota, mengingatkan masyarakat untuk tidak buang sampah sembarangan, membantu memperbaiki ruas jalan yang rusak dengan harapan pengguna kendaraan memberikan imbalan. Terkadang hanya untuk makan ia harus menunggu kebaikan masyarakat yang mau memberi sedikit rezeki berupa uang dan makanan.
Sembari duduk dengan penuh lamunan. Jaka berharap, bisa menyampaikan langsung kepada Walikota terpilih untuk menyampaikan pesannya. Ia ingin Heldy-Sanuji bisa menentaskan kemiskinan dan pengangguran, memperbaiki jalan yang rusak, dan membuatkan pembatas jalan di rel kreta api. Untuk mengurangi kecelakaan yang sering ia saksiakan.
“Saya ditingal pergi oleh istri akibat kecelakaan di dekat rel kreta api,” tak ada ucap kata setelahnya.
Disisi lain, ibu Iyet yang berusia 53 tahun. Biasa menghabiskan waktunya untuk memulung sampah plastik dikawasan masjid agung. Beliau asli Cilegon, hidup sendirian tanpa keluarga yang menemani. Tingal di kontrakan dengan biaya Rp. 500.000 perbulan.
Iyet ingin sekali bertemu dengan Walikota baru, dengan menunggu di pintu keluar. Berharap bisa berhadapan langsung dan menerima sejumlah uang di acara pelantikan yang membahagiakan. Karena selama pandemi Corona, ia belum pernah mendapatkan bantuan apapun.
Tidak semua kehidupan yang tampak menyenagkan benar-benar membahagiakan. Fenomena ini terjadi di Rumah Dinas Walikota Cilegon. Tempat rangkaian acara pelantikan diselenggarakan. (26/02/21).
Reporter: Rosinta Bela
Penulis: Birin Sinichi