Cilegon, hipotesa.id – Warga Kampung Tegal Wangi Kruwuk RT 03/07, Kelurahan Rawa Arum, Kota Cilegon mengeluh atas banjir yang kerap melanda permukimannya. Banjir terakhir yang terjadi pada pertengahan 2020 silam masih terngiang dalam ingatan warga. Banyak barang berharga milik warga yang rusak dan hewan peliharaan yang hanyut terbawa air. Akibatnya, kerugian materi yang ditelan warga mencapai hingga ratusan juta rupiah.
Kesedihan warga pun menjadi-jadi kala itu. Usai banjir tidak ada ganti rugi yang diberikan baik dari pemerintah maupun perusahaan setempat yang aktivitasnya dituding sebagai penyebab banjir. Warga hanya bisa mengusap air mata dan berusaha bertahan dengan swadaya, yang ada usai rumahnya direndam banjir yang mencapai ketinggian hampir dua meter tersebut.
Tiga kali rapat dengar pendapat (hearing) yang digelar oleh Komisi II DPRD Kota Cilegon, hasilnya masih belum sepenuhnya mendapat respons baik dari pemerintah untuk mengatasi persoalan banjir ini. Padahal, tim penanggulangan banjir wilayah Grogol – Pulomerak telah dibentuk pada hearing ketiga, 29 Desember 2020, dimana Dana Sujaksani ditunjuk sebagai ketua tim. Akhirnya, warga meminta agar Walikota Cilegon Helldy Agustian bisa meninjau langsung lokasi tersebut.
Ketua RT 03/07 Kelurahan Rawa Arum, Nasehudin mengatakan, perlu adanya keseriusan pemerintah daerah dalam mengatasi persoalan banjir di wilayahnya tersebut. Menurutnya, persoalan ini terkesan dibiarkan berlarut-larut, padahal warga terdampak banjir sangat menanti upaya penyelesaiannya.
“Walikota Helldy kami minta agar bisa turun tangan, meninjau langsung lokasi dan bisa memberikan solusi,” ujarnya kepada Wartawan, Jumat 5 Maret 2021.
Nasehudin mengungkapkan, walaupun sudah dibangun tanggul penahan tanah, warga menyebut itu bukan solusi utama dalam mengatasi masalah banjir. Sungai yang berada dekat dengan pemukiman warga tersebut menampung air kiriman dari dua Kecamatan, yaitu Grogol dan Citangkil. Saat Kali Grogol dan Waduk Citangkil penuh, air meluap dan menggenangi rumah warga. Hal itu terjadi akibat alih fungsi lahan resapan air menjadi industri, terdapat sungai yang buntu dan kecilnya lebar saluran sungai yang membuat limpasan air masuk ke permukiman warga.
“Dulu kita minta sungai dilebarkan menjadi 25 meter. Saat pengerjaan dan diukur oleh warga hanya 12 meter. Itu kan aneh dan ada apa. Sedangkan tanggul itu masih belum teruji soalnya kiriman air dari Grogol dan Citangkil masih belum deras,” ungkapnya.
Ia mengaku, telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi persoalan ini, upaya yang dilakukan berupa penyampaian saran dan masukan pada beberapa pertemuan, namun hingga kini saran dan masukan itu masih terkesan diabaikan. Ia dan warga berharap penuh agar Walikota Cilegon yang baru saja dilantik ini bisa menyelesaikan permasalahan yang kerap meresahkan dan menghantui masyarakat.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Kota Cilegon Faturohmi meminta agar tim penanganan banjir yang telah dibentuk secepatnya segera bergerak dan menindaklanjuti persoalan ini. Kepada eksekutif, ia juga mendesak agar permasalah banjir ini jangan dibiarkan hingga berlarut-larut.
“Mengingat kita sudah menggelar hearing sebanyak 3 kali, seharusnya sudah menghasilkan solusi,” ungkapnya.
Senada dengan Anggota Komisi II DPRD Kota Cilegon, Buhaiti Romli diberitakan sebelumnya menanyakan kinerja Tim Penanggulangan Banjir yang telah dibentuk oleh Pemerintah bersama DPRD serta masyarakat dan pihak industri.
“Sampai sekarang di Wilayah Kecamatan Grogol belum ada yang mengerjakan, kenapa ini?” ucapnya.
Buhaiti juga menyampaikan, masyarakat di wilayah dapilnya, (Grogol – Pulomerak) kerap menanyakan kepadanya terkait penanganan banjir yang akan dilaksanakan usai rapat beberapa bulan lalu. Namun hingga kini belum ada realisasi.
“Tim itu dibentuk sudah lama, kenapa hanya wilayah Kecamatan Ciwandan saja yang akan dikerjakan. Sementara di Kecamatan Grogol tidak,” pungkasnya.
(***/SAN)