Oleh: Tolib
Beberpa pekan ini saya mencoba bangun tidur dengan waktu yang berbeda, antara pagi, siang dan sore. Namun ternyata dengan waktu yang berbeda itu isu yang sedang ramai menjadi perbincangan masih tetap sama, di pagi hari kanal berita online cetak masih tetap muncul berita soal Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat yang melibatkan Kepala Staf Kepresidenen (KSP) Moeldoko, siang dan sore juga tetap sama yang menjadi perbincangan hangat saat ini KLB yang dilakukan di Deliserdang.
Meski untuk menghindari ramainya perbincangan itu, saya masih tetap ingin bangun dari tidur, karena dengan usia yang muda ini untuk menjalani hidup dan memeperoleh kesuksesan tidak hanya bermimpi apalagi di siang hari.
Kembali pada ramainya persoalan partai Demokrat. Sebelum adanya kongres luar biasa yang menepatkan Moeldoko sebagai ketua Umum Partai Demokrat versi KLB, dugaan adanya kudeta kepemimpinan DPP Demokrat yang sah tercatat di Pemerintah yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai ketua umum sudah tercium jauh-jauh hari, bahkan ketua majelis tinggi partai demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat menulis soal politik di akun Twitternya @SBYudhoyono.
Dalam twittnya. Mantan Presiden ke 6 Republik Indonesia itu mengatakan bagi siapapun yang memegang kekuasaan politik, banyak cara berpolitik yang lebih ker moral dan beradab, bahkan SBY menyebutkan ada tiga golongan manusia.
‘Bagi siapapun yang memegang kekuasaan politik, pada tingkat apapun, banyak cara berpolitik yang lebih bermoral & lebih beradab. Ada 3 golongan manusia, yaitu “the good”, “the bad” & “the ugly”. Kalau tidak bisa menjadi “the good” janganlah menjadi “the ugly”. SBY dalam Twitternya (31/1/2021).
Entah apa maksud dan tujuan SBY berbicara seperti itu, namun setelah pendiri partai yang berlambang mercy itu mentwitt tentang politik, isu rencana penggulingan atau kudeta kepemimpinan partai demokrat yang ramai jadi perbincangan, bahkan pihak DPP mengaku mempunyai bukti pertemuan anatara Moeldoko, Jony Allen Marbun dan para kader partai demokrat.
Isu soal kudeta kepemimpinan yang sah di tubuh partai demokrat terus bergulir hingga memanas, para kader yang mempunyai hak suara yang sah sesuai konstitusi partai banyak yang melalukan penolakan.
Hingga akhirnya, pada 5 Maret 2021 proses pelaksanaan Kongres Luar Biasa (KLB) partai demokrat digelar oleh Jhony Allen Marbun Cs di Deliserdang Sumatra Utara. Dalam proses KLB disebutkan ada dua calon yaitu Marzuki Ali dan Moeldoko yang belum terlihat pada saat pemilihan calon ketua umum.
Beredar kabar mengejutkan dalam proses pemilihan ketua umum demokrat versi KLB, Dari mulai proses pemilihan ketua umum yang begitu singkat hingga Moeldoko yang terpilih menjadi ketua Umum tidak ada di ruangan pada saat pemilihan berlangsung.
Isu KLB bukan hanya menjadi konsumsi elit politik, kabar itu juga sampai ke masyarakat bahkan tukang ojek online dan petani yang berada di pedalaman juga mendengar dan memperbincangkan soal kisruhnya partai demokrat yang melibatkan pejabat Pemerihtah pusat.
Berbagai pandangan terus bermunculan setelah Moeldoko menjadi ketua umum versi KLB, dari mulai isu pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2024 hingga usaha melemahkan partai Demokrat yang saat ini sedang berkoalisi dengan rakyat. asumsi-asumsi liar yang terus mendoktrin masyarakat sudah tidak bisa diantisipasi, keterlibatan KSP Moeldoko yang disebut bukan kader partai Demokrat menjadi salah satu pemicu adanya asumsi-asumsi liar itu.
Asumsi terkait adanya hubungan antara KLB dengan pemilihan presiden 2024 terus mengakar. bagaimana tidak, ekstabilitas partai demokrat dan sosok Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai ketua umum yang sah terus meningkat, hal itu sangat mempunyai peluang besar dalam memenangkan kontestasi pemilu nanti.
Ektabilitas Partai berlambang mercy ini meningkat sejak menyatakan sikap berkoalisi dengan rakyat, dari mulai pusat hingga daerah kader-kader partai demokrat terutama yang ada di parlemen terus membela keinginan-keinginan masyarakat, salah satunya Omnibus Law, meski tidak berhasil karena kurangnya suara di parlemen, partai demokrat terus melakukan penolakan sampai berjuang mati-matian.
Selanjutnya asumsi terkait tujuan kekuasaan menggoyang dan melemahkan partai demokrat agar tidak terlalu keras menjadi oposisi pemerintah yang berkoalisi dengan rakyat juga semakin liar, asumsi ini muncul lantaran keterlibatan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
Dari asumsi-asumsi itu, muncul pertanyaan tentang maksud dan tujuan Moeldoko merebut kekuasaan partai Demokrat. benarkah Pak Moeldoko ingin maju menjadi Presiden? Atau mungkin dia hanya melaksanakan tugas dari orang lain untuk menghancurkan Partai Demokrat?
Tentang penulis: Tolib merupakan
Pemuda Pedalaman asli Banten