hipotesa.id – Dalam Mitologi yunani, Kotak Pandora adalah sebuah artefak yang berhubungan dengan mitos Pandora. Kotak tersebut dipercaya menyimpan segala bentuk kejahatan.
Dalam kisah disebutkan, Pandora sebagai perempuan pertama yang diciptakan oleh dewa, sangat penasaran dan kemudian membuka kotak tersebut. Dari kotak itu keluar berbagai macam keburukan seperti kejahatan, penyakit dan penderitaan. Semua keburukan itu meluas ke seluruh penjuru semesta dan menjangkiti umat manusia. Pandora kemudian melihat ke dalam kotak dan menyadari masih ada kejahatan yang tersisa di sana, kejahatan itu bernama Elpis, Elpis inilah yang kita kenal dengan istilah “HARAPAN”.
Harapan telah kita taruhkan, namun tak disangka dan tak terduga, orang yang kita cinta pergi menghilang dari kehidupan. Berpisah dari seseorang yang kita cinta memang bukanlah hal yang mudah, namun semua orang bisa pergi sesuka hati.
Nietzsche, sosok yang dikenal dengan “Sang Pembunuh Tuhan” pernah berujar, harapan sebenarnya adalah yang terburuk dari kejahatan. Karena meluasnya penderitaan manusia atas sebuah harapan, manusia kerapkali berlaku tidak adil baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, harapan selalu mengakumulasi perasaan hampa dalam diri manusia.
Dalam hal asmara bersatunya dua insan tentu menyimpan sebuah harapan hidup bersama. Namun sayangnya hidup bersama hari ini selalu di maknai atas ego kepemilikan pribadi, diam-diam memakai standar dirinya guna menghukum tindakan pasangannya, menjadikan kepemilikan atas pribadi dan diihiasi dengan kenyamanan semu.
Seharunya, hubungan berjalan beriringan tanpa saling mendominasi satu sama lain. Disandarkan pada ketiadaan ego, hilangnya hasrat kedirian dan sipat memiliki satu sama lain. Sekiranya memang harus begitu mekanisme asmara yang baik.
Ditingal pergi pasangan memang hal yang menyakitkan, tetapi peristiwa itu jangan dijadikan hal yang tabu untuk tidak kembali membangun asa terhadap sebuah hubungan. Sakit yang di rasa haruslah memberi warna bagi kehidupan, kita bisa saja meniru jalan asmara seperti Simone dan Sarte, Marx dan Jenny atau bahkan seperti Heidengger dan Hannah Arendt, meskipun tak tertemui makna relasi cinta secara utuhnya.
Keterpurukan atas harapan yang tak tersampaikan, jangan sampai menimbulkan rasa benci terhadap ia yang pernah merajut harapan secara bersama. Bangkit dengan harapan baru merupakan kontemplasi atas harapan di masa lalu dengan lebih rasional dan ideologis.
Nietzsche memang mengatakan bahwa harapan merupakan kejahatan, membuat manusia kerap menderita, jika harapan tersebut tidak tersampaikan pada tahap yang diinginkan. Harapan serupa komplikasi ketidaksesuaian antara keinginan dan kenyataan, harapan akan betul-betul ideal jika dijalankan dengan dasar pemikiran yang jelas dan berusaha merasionalisasikan sebuah keinginan, dengan dunia nyata yang terus bergerak pada porosnya.
Tapi jika sebaliknya, sebuah keniscayaan pula untuk mendekonstruksi tatanan dalam dunia nyata. Andaikan memang benar bahwa harapan adalah kejahatan, maka kejahahatan yang paling jahat adalah berhenti berharap. Harapan akan selalu ada pada kehidupan manusia, dan harapan akan selalu hidup jika diiringi dengan proses pemikiran yang baik.
Leo Tolstoy seorang penulis berasal dari Rusia mengklarifikasi, bahwa harapan adalah kekuatan yang sering kali membuat manusia mampuh melakukan banyak hal, mengalahkan ketakutan sekaligus keraguan. Dan juga Paulo Coelho, seorang novelis asal Brazil megatakan, jika ada kemungkinan menemukan penghibur dari tragedi kehilangan seseorang yang amat kita cintai, itu adalah harapan yang perlu ada, bahwa barangkali semua yang terjadi adalah yang terbaik.
Oleh karena itu, deklinasi diri dari sebuah harapan dalam hubungan tidak seharusnya menawarkan keresahan, sehingga membuat kita memilih untuk berhenti berharap. Jangan sampai harapan yang tak sesuai dengan kenyataan menegasikan diri dari kehidupan sosial. Karena jika hal demikian terjadi maka kita adalah pelaku kejahatan yang sebenarnya.
Kita harus terus beranjak maju dan tidak memilih berhenti apalagi membenci. Harapan berada di masa depan, hidup dan eksistensi kita adalah kisah yang menggerakkan harapan itu, dan dalam harapan ada kepercayaan bahwa pada masa depan akan datang hal yang lebih baik.
“Sampai Bertemu Pada Titik Terbaik Menurut Takdir”
Penulis: Birin Sinichi
Illustrator: Bd Chandra