hipotesa.id – Apakah kalian tahu bahwa hari ini umat Hindu sedang merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Hari Raya Galungan dan Kuningan 2021 diperingati pada hari Rabu, 14 April dan 24 April. Hari Raya Galungan dan Kuningan adalah hari di mana umat Hindu memperingati terciptanya alam semesta jagad raya beserta seluruh isisnya. sekaligus merayakan kemenangan kebaikan/Dharma melawan kejahatan/Adharma. Sebagai ucapan syukur, umat Hindu memberi dan melakukan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara (dengan segala manifestasinya).
Hari Raya Galungan akan ditandai dengan penjor yang terpasang di tepi jalan (setiap rumah). Hal tersebut sendiri merupakan aturan ke hadapan Bhatara Mahadewa. Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng, Galungan diambil dari bahasa Jawa Kuna yang berarti bertarung. Biasa disebut juga “dungulan” yang artinya menang. Perbedaan penyebutan Wuku Galungan (di Jawa) dengan Wuku Dungulan (di Bali) adalah sama artinya, yakni wuku yang kesebelas. Hari raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap 6 bulan Bali (210 hari) yaitu pada hari Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku Dungulan).
Asal usul Hari Raya Galungan dan Kuningan terbilang sulit dipastikan kapan tepatnya pertama kali diadakan, oleh siapa dan di mana. Namun menurut Drs. I Gusti Agung Gede Putra selaku mantan Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Departemen Agama RI mempekirakan Hari Raya Galungan sudah dalam dirayakan oleh umat Hindu di seluruh Indonesia sebelum populer di Pulau Bali. Tapi menurut lontar Purana Bali Dwipa, Hari Raya Galungan pertama kali dirayakan pada hari Purnama Kapat (Budha Kliwon Dungulan) di tahun 882 Masehi atau tahun Saka 804.
Lontar tersebut berbunyi: “Punang aci Galungan ika ngawit, Bu, Ka, Dungulan sasih kacatur, tanggal 15, isaka 804. Bangun indria Buwana ikang Bali rajya.” Artinya: “Perayaan (upacara) Hari Raya Galungan itu pertama-tama adalah pada hari Rabu Kliwon, (Wuku) Dungulan sasih kapat tanggal 15, tahun 804 Saka. Keadaan Pulau Bali bagaikan Indra Loka.” Lontar sendiri bisa disebut ibarat pustaka suci (yang disucikan) / kitab pedoman dan disimpan oleh umat Hindu.
Umat Hindu di Bali merayakan Galungan dengan bersembahyang di Pantai Padanggalak. Secara filosofis, Hari Raya Galungan dimaksudkan agar umat Hindu mampu membedakan dorongan hidup antara adharma dan budhi atma (Dharma/kebenaran) di dalam diri manusia itu sendiri. Kebahagiaan bisa diraih tatkala memiliki kemampuan untuk menguasai kebenaran. Bila dilihat dari sisi upacara, Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan suatu momen umat Hindu untuk saling mengingatkan, baik secara spiritual maupun ritual agar selalu melawan Adharma dan saling menegakkan Dharma.
Bisa disimpulkan bahwa inti Galungan ialah menyatukan kekuatan rohani agar umat Hindu mendapat pendirian serta pikiran yang terang, yang merupakan wujud Dharma dalam diri manusia.
Penulis: Jafra Aulia
Editor: Bd Chandra