Serang, hipotesa.id – Warga Nahdliyyin Banten, Hamdan Suhaemi angkat bicara terkait beredarnya draf kamus sejarah Indonesia yang tidak mencantumkan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Hasyim Asy’ari, sebagai tokoh yang memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan dan kemerdekaan Indonesia.
Menurutnya, Kemendikbud sangat ceroboh dan tidak teliti. Ia mempertanyakan, bagaimana bisa seorang ulama pendiri NU, Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari, hilang dalam entry kamus sejarah Indonesia.
“Saya secara pribadi sekaligus warga Nahdliyyin sangat menyesal dan kecewa berat atas kejadian ini, kepada orang-orang Kemendikbud,” ucapnya Kamis, (22/4/2021)
Draf kamus sejarah Indonesia Jilid I dan II yang yang memuat informasi atau istilah kesejarahan dalam kurun waktu 1900 hingga 1988 dinilai memiliki banyak kejanggalan.
Padahal, lanjut Hamdan, KH. Hasyim Asy’ari dikenal sebagai pahlawan nasional yang memiliki catatan sejarah penting dalam mendorong tercapainya kemerdekaan Indonesia.
“Ada apa ini di Kemendikbud? Ini seolah-olah ada sistem yang dibuat menjadi kunci oleh orang-orang eks HTI untuk membuat aturan main di dalam Kemendikbud,” ujarnya.
Hamdan menilai, nama-nama tokoh yang tidak jelas kontribusinya dalam proses pembentukan maupun pembangunan bangsa, seperti Abu Bakar Ba’asyir justru masuk entry kamus sejarah Indonesia.
“Saya perhatian penuh kejadian ini, karena memang Kemendikbud ini kayaknya ladangnya orang-orang eks HTI dengan agenda besarnya untuk kemudian nanti menggerogoti keutuhan NKRI,” ujarnya.
Dirinya meminta kepada Kemendikbud untuk segera menarik draf kamus sejarah Indonesia dari peredarannya. Jika tidak segera ditarik, Hamdan memprediksikan akan ada gelombang besar dari orang-orang NU untuk memprotes kebijakan Kemendikbud.
“Jadi, masukan saya cepat tarik dari peredarannya. Kalau tidak, akan ada protes besar-besaran dari warga NU,” tegasnya
Namun Kemendikbud telah membantah draf kamus yang beredar luas di masyarakat, tidak resmi dan bulan dari Kemendikbud.
“Dokumen tidak resmi yang sengaja diedarkan di masyarakat oleh kalangan tertentu merupakan salinan lunak (softcopy) naskah yang masih perlu penyempurnaan. Naskah tersebut tidak pernah kami cetak dan edarkan kepada masyarakat,” kata Direktur Kebudayaan Kemendikbud Hilmar, seperti dikutip dari laman resmi Kemendikbud, Selasa (20/4/2021)
Hilmar menuturkan, naskah buku tersebut disusun pada tahun 2017, sebelum periode kepemimpinan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
Hilmar juga menegaskan, Kemendikbud tidak akan mengesampingkan sejarah bangsa Indonesia, termasuk, sosok pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari.
“Kemendikbud selalu berefleksi pada sejarah bangsa dan tokoh-tokoh yang ikut membangun Indonesia, termasuk Hadratus Syech Hasyim Asy’ari dalam mengambil kebijakan di bidang pendidikan dan kebudayaan,” kata Hilmar.
Reporter: Uqel El Satire
Editor: Bd Chandra