Oleh: Ahmad Fadhil
hipotesa.id – Secara fisiologis, air mata berfungsi membersihkan dan menyehatkan mata. Secara psikologis, kebanyakan orang memandang bahwa mengucurkan air mata adalah pertanda kelemahan. Tapi, sebenarnya ada tangisan dan cucuran air mata yang justru menjadi tanda kekuatan jiwa seseorang, yaitu tangisannya karena cinta kepada Allah.
Air mata cinta kepada Allah ini dicurahkan ketika seseorang berdoa atau bermunajat dengan-Nya baik di dalam maupun di luar salat, yakni ketika dia memohon agar kebutuhannya dipenuhi Allah.
Shadr al-Din al-Qabanci di dalam kitabnya Fi Rihab Du’a Abi Hamzah al-Tsumali (h. 61) mengatakan bahwa ada tiga jenis pendoa. Pertama, pendoa penyegera. Kedua, pendoa penyangka. Ketiga, pendoa pencinta.
Pendoa jenis yang pertama adalah orang yang Allah telah menakdirkan baginya apa yang ia mohon, tapi karena ia tidak tahu, maka ia memohonnya.
Pendoa jenis yang kedua adalah orang Allah telah menakdirkan baginya apa yang ia mohon, tapi Allah mensyaratkan hal itu akan dia peroleh kalau dia memohonnya, dan dia pun mengira seperti itu, maka dia memohonnya.
Baik dalam kondisi pertama atau kedua, karena manusia tidak mengetahui takdir Allah, maka dia harus berdoa untuk kebutuhannya. Begitu juga pendoa jenis yang ketiga. Akan tetapi, pendoa jenis ketiga akan mendapatkan ganjaran yang luar biasa dari Allah.
Pendoa jenis ketiga, yaitu pendoa pencinta adalah orang yang memohon kepada Allah semata-mata untuk mematuhi perintah-Nya. Allah Yang Mahakaya, yang gudang kekayaan-Nya tiada batasnya, Dia suka melihat hamba-Nya memohon dan menghinakan diri di hadapan-Nya.
Doa akan menjadi media untuk mencurahkan cinta kepada Allah ketika seseorang sadar bahwa Allah tidak membutuhkan doa dan penghambaan dirinya. Dia juga sadar bahwa dirinya tidak memiliki daya dan kuasa apa-apa. Bahkan, keberadaan dirinya pun bukan miliknya.
Syariat membolehkan manusia untuk memohon apa saja kepada Allah. Dia boleh memohon kebutuhan dirinya sendiri atau orang lain, kebutuhan yang sepele atau yang penting, kebutuhan fisik atau spiritual, kebutuhan duniawi atau ukhrawi. Namun, bagi pendoa pencinta, terikat dengan Allah adalah satu-satunya kebutuhannya.
Hal ini dapat kita teladani dari kisah Nabi Syu’aib yang senantiasa menangis saat membaca doa:
الهي أحب لقائك ورؤيتك ولا أريد شيئا ولقاؤك قرة عيني
Ilaahii uhibbu liqoo’aka wa ru’yata wa laa uriidu syay’aa wa liqoo’aka qurratu ‘aynii.
Artinya, “Tuhanku, aku mencintai perjumpaan dengan-Mu dan melihat-Mu, dan aku tidak menginginkan apa pun. Perjumpaan dengan-Mu adalah pelipur mataku.”
Balasan atas cinta Nabi Syu’aib as tersebut adalah Allah SWT menjadikan salah seorang nabi-Nya yang mulia, yaitu Nabi Musa as, untuk menjadi pembantunya.
Di dalam kitab ‘Ilal al-Syara’i’ diceritakan bahwa Nabi Syu’aib as menangis karena cinta kepada Allah hingga beliau buta. Allah mengembalikan penglihatannya. Lalu, Nabi Syu’aib as menangis lagi hingga matanya buta. Allah mengembalikan penglihatannya. Lalu, Nabi Syu’aib as menangis lagi hingga matanya buta. Allah mengembalikan penglihatannya lagi.
Ketika untuk yang keempat kalinya, Allah mewahyukan, “Wahai Syu’aib, sampai kapan engkau selalu begini? Jika ini karena engkau takut akan neraka, maka Aku menjamin dirimu selamat darinya. Jika karena engkau rindu kepada surga, Aku menjamin engkau akan memasukinya.”
Nabi Syu’aib as berkata, “Tuhanku, Tuanku, Engkau tahu bahwa aku tidak menangis karena takut akan neraka-Mu atau rindu kepada surga-Mu, tapi karena cinta kepada-Mu telah tersimpul di hatiku sehingga aku tidak sabar untuk melihat-Mu.”
Maka, Allah SWT mewahyukan kepadanya, “Jika demikian, maka sebagai balasannya, Aku akan menjadikan Musa bin Imran, Kalim-Ku, sebagai pembantumu.”
Kisah Nabi Musa as menjadi pembantu Nabi Syu’aib as dapat kita baca di dalam Al-Qur’an Surah al-Qashash: 21-29.
Berdasarkan teladan dari Nabi Syu’aib as ini, maka tercurahnya air mata dari manusia yang serba butuh di hadapan Zat yang kasih sayang-Nya menjadi basis keberadaannya adalah bukti kematangan dan kekuatan jiwa.
Penulis: H. Ahmad Fadhil, Lc., M.Hum (Dosen Filsafat Islam UIN SMH Banten)