Serang, hipotesa.id – Wajahnya masih bersemangat, rasa lelah tak terlihat sedikitpun dari raut muka yang sudah hitam lekam terbakar panasnya sinar matahari. “Rasa lelah tak sedikitpun melunturkan semangat saya bang,” ujar Heri, tukang parkir mini market di samping salah satu kampus ternama di Kota Serang.
Tinggi badanya seperti tinggi rata-rata laki-laki Indonesia, dan tubuhnya kurus kering bagaikan ranting. Pekerjaan itu telah ia tekuni selama kurun waktu 4 tahun. Mulai dari siang hingga malam hari, ia rela menjalani pekerjaan sebagai tukang parkir demi menghidupi anak istri.
Ada yang menarik dari sosok lelaki yang berusia 38 tahun ini, semangat untuk tetap bertahan hidup ia ajarkan untuk kita yang selalu merasa kalah oleh semesta.
“Mungkin sekarang, pekerjaan inilah yang bisa saya lakukan, untuk lulusan Sekolah Dasar seperti saya, percuma berharap pada negara,” sambil mengoreskan puntung roko kuat-kuat ke bahu jalan raya.
Menjadi tukang parkir, tak sedikitpun membuatnya putus asa. Tidak jarang, setelah matahari terbenam dan selesai melaksanakan ibadah yang sering dilakukan orang muslim kebanyakan, Heri sudah kembali berdiri di depan mini market untuk megatur kendaraan yang datang, sembari mengatur jalan yang banyak kendaraan sedang lalu lalang. Pekerjaan ini ia lakukan sampai jam 12 malam.
Rasa ngantuk sesekali datang, mengingat anak dan istri di rumah, Heri akan selalu megabaikan rasa itu. “Penghasilan yang kadang kurang untuk makan anak dan istri esok hari, selalu menjadi kendala pikiran saya. Dengan kesabaran dan tekad yang saya punya, saya selalu merasa bahwa keluarga adalah segalanya,” ia berkata sembari tertawa seolah dirinya sedang bahagia.
Dialah Heri, semangat dan kerja kerasnya bisa menjadi contoh di saat perilaku korupsi marak terjadi di Provinsi ini. Perilaku Heri, jauh lebih mulia dari pada kelakuan pejabat, yang selalu berucap demi bangsa dan rakyat yang ia cinta, tapi ujungnya mencuri uang negara.
Penulis: Birin Sinichi