hipotesa.id – Iduladha merupakan satu, dari dua hari raya umat Islam. Perayaan Iduladha, dihelat bertepatan dengan penutupan sepuluh pertama Dzulhijah, yang di dalamnya terdapat peristiwa besar bagi jamaah haji, wukuf di Arafah.
Hari raya Iduladha 1442 Hijriah, pada tahun ini, diperingati pada Selasa, 20 Juli 2021 yang akan datang.
Dalam menghelat acara tersebut, umat Islam disunahkan melaksanakan salat Iduladha secara berjama’ah baik di masjid atau lapangan terbuka.
Namun guna mencegah terjadinya mafsadat atau daf’u al-mafsadah Covid-19, aktivitas yang dapat menimbulkan ditiadakan.
Hal itu menjadi salah satu pointer dalam ketentuan PPKM Darurat. Ketentuan tersebut dilaksanakan oleh SE Kemenag Nomor 17 Tahun 2021. Selain itu disusul oleh Taushiyah Nomor Kep-1440/DP-MUI/VII/2021 tentang pelaksanaan ibadah, shalat Iduladha dan kurban saat pemberlakuan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.
Sehingga, pada tahun ini, umat Islam kembali diharuskan menghelat salat Iduladha di rumah.
Pada dasarnya, tata cara pelaksanaan, salat Iduladha pada masa pandemi, tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan shalat Iduladha pada situasi normal. Seperti yang dilaksanakan saat matahari terbit atau sekitar pukul 06.00 dan pikul 07.00 WIB. dilakukan secara berjama’ah, bisa juga dilakukan secara sendiri.
Lantas, seperti apa tata caranya? Berikut ulasannya sebagaimana dikutip dari laman islam.nu.or.id
Pertama, salat id didahului niat, yang jika dilafalkan akan berbunyi “ushallî rak’ataini sunnata li ‘îdil adlhâ” jika dilaksanakan sendiri. Ditambah “imâman” kalau menjadi imam, dan “makmûman” kalau menjadi makmum.
لِّيْ لعِيْدِ اْلأَضْحَى (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ الَى
Artinya: “Aku berniat salat sunnah Idul Adha dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”
Kedua, takbiratul ihram sebagaimana salat biasa. Setelah membaca do’a iftitah, takbir lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama. Di antara takbir-takbir itu disarankan membaca:
اللهُ ا، الْحَمْدُ لِلّٰهِ ا، انَ اللهِ لًا.
Artinya: “Allah Mahabesar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Mahasuci Allah, baik waktu pagi dan petang.”
Atau boleh juga membaca:
انَ اللهِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ لاَ لَهَ لاَّ اللهُ اللهُ
Artinya: “Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Mahabesar.”
Ketiga, membaca Surat al-Fatihah. Setelah melaksanakan rukun ini, sebaiknya membaca Surat al-A’lâ. Berlanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.
Keempat, dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak lima kali mengangkat tangan dan melafalkan “allâhu akbar” seperti sebelumnya.
Di antara takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua. Usai membaca Surat al-Fatihah, pada rakaat kedua ini lebih disarankan membaca Surat al-Ghâsyiyah. Berlanjut ke ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.
Kelima, setelah salam, jamaah salat Iduladha disarankan untuk mendengarkan khutbah Iduladha terlebih dahulu hingga selesai. Tetapi apabila salat id ditunaikan tidak secara berjamaah.
Pada momen Iduladha, umat Islam disarankan memperbanyak takbir. Takbiran dilaksanakan sejak bakda shubuh pada hari Arafah, yakni pada 9 Dzulhijjah, hingga selesainya hari tasyriq, yakni 11, 12, 13 Dzulhijjah. Takbiran hari raya Iduladha dilakukan setiap selesai shalat fadhu.
Penulis: BD Chandra
Editor: Moch Hidayat
Ilutrator: BD Chandra