One Day One Inspiration, hipotesa.id, – Menyebut nama Thales berarti mengingat babak awal perkembangan filsafat sebagai ilmu. Thales yang dilahirkan pada tahun 624 M ini mengumpulkan pikiran-pikiran peradaban yang berserakan di dunia. Ia dilahirkan di Kota Miletos, kota yang menjadi titik temu perdagangan, peradaban, dan informasi antara Yunani, Italia, Mesir, dan Asia. Dari latar belakang kota semacam itu, hal wajar jika Miletos menjadi pusat intelektualitas pada masa itu.
Bukan tanpa sebab, sosok Thales disebut-sebut sebagai Bapak Filsafat, karena dalam sejarah yang tercatat, Thales lah orang yang pertama kali berfilsafat tentang apa sebenarnya bahan dunia ini, maka dirinya lah manusia pertama yang memikirkan bagaimana terjadinya alam semesta.
Di sisi lain, Thales merupakan sosok perintis dalam dunia matematika, sebab sepak terjang Thales dalam dunia matematika tidak bisa dianggap remeh. Di tengah-tengah masyarakat yang memegang teguh mitos, Thales dengan geometrinya berhasil memecahkan pertanyaan matematis seperti menghitung ketinggian piramida dari bayangannya saja sampai persoalan menghitung jarak kapal dari pantai.
Aristoteles pernah menceritakan kalau dengan keterampilannya, Thales mampu mengenali pola cuaca untuk memperkirakan hasil panen buah zaitun pada musim depan. Thales pun membeli semua buah zaituan dari dalam kota maupun luar kota yang akhirnya ia mendapatkan keuntungan yang besar.
Selain itu, dengan kemampuan astronominya, Thales mampu memprediksikan gerhana matahari pada tanggal 28 Mei 585 SM, hal tersebut menurut Thales ia pelajari dari catatan-catatan kuno astronomi yang tersimpan di Babylkonia semenjak 160 tahun sebelumnya.
Dalam kajian bidang geometri, memang Thales dikenal dengan theoremanya. Namun, Thales bukan hanya ahli dalam bidang matematika saja, ia juga ahli di berbagai bidang ilmu pengetahuan lainnya seperti astronomi, politik, psikologi, biologi, sampai persoalan perduitan alias ekonomi.
Ada hal yang menarik dari Bapak Filsafat ini, Thales adalah seorang saudagar. Sebab profesi ini lah, Thales sering melakukan perjalanan ke sana kemari. Selain sebagai saudagar, ia dalam waktu senggangnya mencoba mempelajari serakan pengetahuan di berbagai tempat. Seperti saat ia di Mesir dan Babylonia, ia kumpulkan serakan pengetahuan tentang astronomi dan geometri.
Sedangkan dalam bidang Politik, kepiawaian saudagar satu ini membawanya menjadi penasihat militer daan teknik dari Raja Krosus di Lydia. Selain itu, ia juga pernah penasihat politik bagi dua belas kota Ionia.
Dalam catatan Herodotus, pada pertengahan abad ke-6 SM, Thales pernah memberikan arahan kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam serangan dari Kerajaan Persia. Pada saat itu, ia menyarankan masyarakat Ionia yang terbagi dua belas kota untuk membuat pusat pemerintahan dan administrasi bersama di Kota Theos. Dengan demikian, Ioania bisa menjadi sebuah polis yang bersatu dan tersentralisasikan.
Setelah merasa cukup perjalanan intelektual dan perjalanan dagangnya, Thales mendirikan sekolah filsafat Ionia di Miletos. Di sini lah, ia mendidikan banyak murid yang kelak pengganti dalam memelihara ilmu pengetahuan. Di antara muridnya, mungkin yang banyak dikenal antara lain: Anaximander, Anaximenes, Mamercus, dan Madryatus.
Thales yang dilahirkan dari pasangan Examyses dan Cleobuline dan berbiacara tentang air adalah sum,ber dan bahan pertama kehidupan ini, pada kahirnya menutup catatan perjalanan intelektualnya selamanya pada tahun 547 M.