Sejak pandemi Covid-19 berlangsung, pendidikan di Indonesia telah mengalami
banyak perubahan. Pendidikan saat ini lebih mengedepankan pembelajaran berbasis teknologi atau pembelajaran digital.
Pembelajaran yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka atau luring (luar jaringan), kini beralih menjadi daring (dalam jaringan). Bukan tanpa alasan, hal ini dimaksudkan demi membatasi dan mencegah perluasan virus Covid-19. Adanya wabah Covid-19 ini mengubah tatanan kehidupan dan sangat membatasi kegiatan sehari-hari termasuk bekerja dan sekolah. Berdasarkan kebijakan pemerintah, seluruh masyarakat termasuk siswa-siswi dari seluruh tingkat pendidikan mengharuskan bekerja dari rumah atau yang dikenal dengan istilah WFH (Work From Home) dan pembelajaran dilakukan dari rumah secara daring (dalam jaringan).
Perlu diketahui pendidikan karakter sangat penting untuk membentuk moral dan
akhlak bagi anak baik terhadap orang tua, guru, atau pun masyarakat lain. Akibatnya jika
pendidikan karakter tersebut tidak tertanam dengan baik dalam penggunaan teknologi anak-anak akan sulit menyaring tindakan-tindakan yang benar dan salah. Mengikuti tren dari salah satu media sosial yang kurang baik juga penyebab salah satu dari hilangnya pendidikan karakter tersebut. Sehingga terciptalah pola pikir yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Pendidikan karakter adalah suatu hal yang mutlak harus dilaksanakan karena pada
dasarnya semua guru sebagai pendidik memiliki tujuan yang sama dalam membentuk
karakter bangsa. Tidak serta merta pendidikan karakter menjadi tanggung jawab dari pendidikan moral atau budi pekerti dan pendidikan Pancasila (Santika, 2019:79) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter atau watak adalah sifat
batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki
manusia atau makhluk hidup lainnya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia telah
diterapkan penanaman nilai-nilai karakter yang membantu menyelaraskan pendidikan
tersebut, yaitu melalui pendidikan karakter. Dalam pendidikan karakter, siswa tidak hanya
mendapatkan pengetahuan, melainkan kesadaraan, dan tindakan untuk melakukan nilai-nilai karakter tersebut.
Pendidikan karakter yang pertama kali perlu ditanamkan kepada siswa adalah karakter
yang melekat dalam diri siswa. Terdapat delapan belas nilai karakter yang telah dirumuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai sarana untuk membangun dan menguatkan karakter bangsa melalui Pendidikan. Diantaranya yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Pendidikan karakter melalui sekolah jarak jauh di saat peserta didik sedang belajar
dari rumah dapat tetap diawasi dan dikontrol oleh para guru. Salah satunya dengan
memberikan lembar kontrol karakter. Ada banyak karakter positif yang dapat dikembangkan oleh guru sesuai kompetensi inti dari kurikulum 2013 seperti memiliki sifat religius, jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, dan lain-lain.
Guru dapat mengembangkan lembar kontrol untuk diberikan kepada peserta didik dan untuk orang tua. Lembar kontrol tersebut dinilai oleh guru, setelah itu guru memberikan umpan
balik. Guru kemudian menguatkan karakter yang sudah baik dan mengubah karakter yang
masih tidak sesuai. Teknologi tidak dapat menyentuh salah satu inti dari pendidikan, yaitu pendidikan karakter yang menjadi penanaman pengetahuan, olah rasa dan olah raga. Ketika pendidikan harus menerapkan pembelajaran jarak jauh, ketika siswa harus belajar dari rumah, ketika guru harus mengajar dari rumah, maka siapa yang bertanggung jawab terhadap pendidikan karakter siswa? Tentu orang tua dan masyarakat yang bertanggung jawab untuk mendidik siswa dan melakukan kontrol apabila siswa melakukan kesalahan.
Di rumah orang tua harus menjadi tempat penanaman karakter yang kuat. Orang tua
harus dapat memberikan rasa aman terhadap anak-anak agar mereka merasa dekat dan
menjadikan orang tuanya sebagai madrasah yang pertama. Jangan sampai anak-anak
mengidolakan artis atau orang lain yang ia temui di media sosial atau televisi, sehingga
memberikan dampak negative yang kurang baik dan ini bisa disebabkan kurang maksimalnya peran orang tua sebagai madrasah yang pertama bagi mereka di rumah.
Perlu kita ingat bahwa karakter terbentuk sejak dini. Orang tua yang mengarahkan
karakter anak menjadi baik. Awalnya anak tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk.
Orang tua yang memberitahu karakter yang baik pada anak. Karakter anak tidak terjadi secara instan tetapi membutuhkan pembiasaan setiap hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk karakter baik anak, hal ini akan terbawa sampai mereka dewasa kelak.
Penulis : Royhaniyatussa’diyyah