Serang, hipotesa.id – Ribuan orang dari berbagai daerah datang ke Maqbaroh Keramat Combong yang terberlokasi di Cangkudu Kecamatan Baros Kabupaten Serang, pada Selasa, 14 Juni 2022 malam. Kehadiran Kyai dan Santri itu mengikuti haul pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Riyadhul Awamil Cangkudu-Baros Abuya Shidiq Bin Ma’lum yang ke-75.
Sejumlah Kyai dan Santri hadir beberapa daerah dari Banten, Jawa Barat dan Lampung. Diantaranya, K.H Bai Didi Baros Jaha, K.H Uyung K.H Ujang Cisantri Pandeglang, K.H Miftahul Ulum Kuningan, K.H Awaludin Pangkul Lampung.
Ketua Panitia Pelaksana A. Husnun mengatakan, Haul Ke 75 tahun Abuya Sidiq bin Ma’lum berjalan dengan lancar dan Khidmat serta menjadi ajang mengenang kiprah silaturahmi. “Alhamdulillah, Haul Abuya Shidiq yang ke 75 tahun berjalan dengan lancar dan Sukses,” ujarnya.
“Meski sempat hujan lebat namun tidak menyurutkan para tamu undangan, keluarga, serta alumni Ponpes Riyadhul Awamil untuk Hadir berdo’a dan bersilaturahmi,” tambah Husnun.
Dirinya juga berharap kepada para para Keluarga, Alumni Ponpes Riyadhul Awamil Cangkudu-Baros untuk mendokan Abuya Shidiq Bin Mal’mun selalu dalam rahmat Allah SWT.
“Kita mendo’akan semoga Abuya selalu dalam rahmat Allah SWT semakin tinggi derajatnya dan kita ditinggalkan semoga semoga berkah, taufiq dan hidayah serta Allah SWT ridha kepada kita,” Katanya.
Diketahui, Pesantren Riyadlul Awamil Cangkudu didirikan oleh Abuya K.H. Muhammad Sidiq murid Syekh Nawawi Al Bantani pada tahun 1908 di Kampung Cangkudu, Desa Sukamanah, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Ponpes tersebut didirikan seiring dengan kepergian kembali Syekh Nawawi Al-Bantani ke Mekkah.
Pada awal berdirinya Pesantren Cangkudu hanya memiliki sekitar 30 orang santri, berasal dari masyarakat sekitar pesantren untuk melakukan pengajian. Digelarnya pengajian Alquran semula khusus untuk anak-anak yang diadakan setiap bada Magrib, kecuali malam Jumat karena pada malam Jumat pengajian diadakan untuk umum, berlaku untuk orang dewasa dan anak-anak.
Pengajian yang semula hanya mengajarkan ilmu Alquran, kemudian secara bertahap ditambah dengan pelajaran agama yang lainnya, seperti ilmu fiqih, aqidah, dan menulis huruf Arab. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak tidak hanya pandai baca Alquran, tetapi mereka diharapkan mampu menguasai pengetahuan tentang ilmu agama.
Untuk menyelenggarakan pendidikan agama di pesantren pada saat itu, bukanlah suatu hal yang mudah. Selain pengawasan ketat yang dilakukan oleh penjajah Belanda yang selalu mela-kukan politik adu dombanya, tingkat sosial politik dan ekonomi masyarakat juga kurang mendukung.
Belum lagi adanya benturan dengan kepercayaan masyarakat lokal yang masih jauh dari tradisi nilai-nilai keIslaman. Selain itu Pesantren Cangkudu ini kerap kali dijadikan tempat persembunyian para pejuang yang dikejar oleh Kolonial Belanda. Dan kini Ponpes Riyadhul Awamil di lanjutkan oleh KH. Son Haji. ***