Banten, Hipotesia.id- Lato-lato jadi permainan viral di awal tahun 2023. Ternyata lato-lato memiliki sejarah yang begitu panjang, selain banyak dimainkan masyarakat Indonesia, lato-lato sebenarnya merupakan permainan impor dari Amerika Serikat. Disana, permainan ini banyak sebutannya seperti clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers, atau clankers.
Benda yang mirip dengan ‘bolas’, senjata berburu yang digunakan oleh para Gaucho atau penduduk di Pampas, Gran Chaco, dan Patagonia, Amerika Selatan. Pada mulanya, clackers dibuat sebagai alat untuk mengajari anak-anak berlatih koordinasi antara tangan dan mata.
Diketahui New York Times menerbitkan catatan pada Agustus 1971 yang menunjukkan adanya kejuaraan dunia clackers. Sejarah dari mainan ini berlangsung di Italia, tepatnya di desa Calcinatello, dekat Brescia.
Sebagai kompetisi dunia, perlombaan ini diikuti oleh banyak peserta dari berbagai negara. Seperti Belanda, Belgia, Swiss, Inggris, hingga Kanada yang datang untuk bermain clackers.
Permainan ini sempat menimbulkan kontroversi sekitar tahun 60 hingga 70-an. Pertama, karena suaranya dianggap mengganggu, seperti yang kalian rasakan ini. Di samping itu, clackers juga menimbulkan kekhawatiran bagi orangtua karena beberapa anak dilaporkan terluka akibat bermain clakers, seperti anak 8 tahun di kalbar yang matanya terkena pecahan lato-lato.
Luka yang ditimbulkan tidak sekadar benjol karena kejedug bola. Mainan clakers dianggap berbahaya karena dapat pecah menjadi serpihan tajam. Hal ini terjadi ketika anak semangat menggoyangkan tali sehingga bola-bola bertubrukan terlalu keras.
Risiko ini ada karena clakers zaman tersebut terbuat dari kaca temper. Bahan dasar yang berpotensi pecah dan serpihan yang terlempar saat dimainkan.
Kemudian pada 1966, Food and Drug Administration, mengeluarkan peringatan terkait bahaya clackers. Lembaga tersebut juga melakukan pengujian laboratorium guna mengetahui kecepatan gerakan dan potensi pecahan dari clackers.
Sehingga, permainan ini dilarang, karena dianggap mengandung bahan kimia maupun radioaktivitas serta mudah terbakar. Keputusan pelarangan yang diikuti penarikan produk dari pasaran ini didukung oleh banyak lembaga, termasuk Society for the Prevention of Blindness
Kemahsyuran clackers secara internasional meledak-ledak hingga ke Indonesia. Sekitar tahun 1990-an, mainan ini mulai dimainkan oleh anak-anak Indonesia. Bentuk mainnya pun tidak berubah, hanya tidak lagi menggunakan kaca temper, tetapi diubah dengan plastik polimer.
Bahan ini dianggap lebih aman dibanding kaca. Meski demikian, permainan ini tetap berisiko pecah, tetapi dengan risiko partikel pecahan tidak membentuk proyektil layaknya kaca, dilansir Quartz.
Kini, clackers di Indonesia lebih populer dengan sebutan lato-lato. Nama tersebut berasal dari bahasa Bugis dan berubah menjadi ‘katto-katto’ di Makassar. Sementara di beberapa daerah di Pulau Jawa, permainan ini dulunya disebut ‘tek-tek’ sebagaimana bunyi.
Permainan viral ini, bukan hanya pada kalangan anak-anak, namun dari orang dewasa hingga pejabat, seperti Presiden Indonesia Joko Widodo juga memainkanya, kemudian Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil hingga Bupati Pandeglang Irna, sampai pihak kepolisian yang juga ikut memainkan lato-lato, seolah masyarakat Indonesia demam lato-lato.
Akankah lato-lato jadi olahraga nasioanl dan mungkin nanti akan ada piala presiden lato-lato, karena sudah merambaknya permainan yang membuat telinga ini tidak sunyi.