Hipotesa.id – Hiburan menjadi sesuatu yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Adanya sebuah hiburan membuat manusia bisa melepaskan penat dari riuhnya pekerjaan sehari-hari. Terlebih jika dengan hiburan, seseorang mampu merasa lebih semangat lagi untuk beraktivitas. Tak perlu yang mewah perihal hiburan, sekedar mendengarkan radio pun mampu dijadikan hiburan sederhana untuk mengusir rasa sepi.
Radio bisa dikatakan sebagai salah satu jenis media massa yang berperan untuk menyampakan pesan berupa berita atau informasi kepada masyarakat dalam jangkauan yang luas. Dulu, radio menjadi media penyebar informasi yang banyak peminat, pendengarnya pun masih dari berbagai kalangan baik anak muda sampai orang tua, tapi berbeda dengan sekarang. Jika melihat perkembangan sekarang orang-orang sudah dimanjakan dengan kecanggihan teknologi dan mungkin radio dianggap sudah tertinggal eksistensinya apalagi dikalangan kaum muda. Namun, dibeberapa daerah radio masih eksis ditengah maraknya aplikasi hiburan digital yang semakin maju yaitu Radio Kasihku misalnya.
Radio kasihku berada di kawasan Brebes Selatan tepatnya di Perumaham Palm Indah Blok H No.17, Glempang, Pagojengan, Kec. Paguyangan, Jawa Tengah. Didirikan tanggal 12 Oktober 1989 oleh Abdul Karim Nagib, Radio Kasihku saat itu masih berada di saluran AM 963 KHz kemudian berpindah frekuensi di 106.9 FM tahun 2010. Menjadi media massa yang ditujukan sebagai sarana informasi bagi masyarakat Bumiayu dan sekitarnya, jangkauan Radio Kasihku sejauh ini sudah menjangkau beberapa daerah seperti Tasikmalaya, Cirebon, Tegal dan Brebes. Walaupun target pendengarnya bukan lagi kaum muda, Radio Kasihku masih mempertahankan eksistensinya dengan menghadirkan beberapa program yang terus diupdate tanpa meninggalkan ciri khas Radio Kasihku, dan program unggulannya sendiri yaitu Zona Kenangan, Goser, dan Zona Tarling.
Ke-eksistensian dari Radio Kasihku tentu tidak luput dari adanya peran penyiar radio. Seorang penyiar radio adalah ujung tombak industri media radio karena penyiar radio pun bisa dikatakan sebagai salah satu produk pemasaran radio. Dari penyiar radio mampu membawa nama Radio Kasihku dikenal oleh masyarakat luas, salah satu cara dalam meningkatkan personal brandingnya melalui nama siar. Nama siar digunakan untuk nama samaran seorang penyiar radio ketika melakukan siaran, yang mana tujuannya adalah untuk memudahkan pendengar mengenali nama penyiar seperti yang dikatakan M. Nur Salim selaku manajemen di Radio Kasihku.
“Nama siaran di radio itu untuk memudahkan pendengar buat mengenali nama kita, makanya nama siar itu bisa pake nama samaran. Bisa juga nama asli, tapi agar mudah dikenali jadinya pakai nama siar. Soalnya, seperti di beberapa program kaya program zona kenangan itu ada nama Parjo juga itukan kaya menggambarkan nama jawa juga gitu dan mudah dikenali.” ucap Salim saat diwawancarai di Radio Kasihku pada Minggu, (27/11/2022).
Adanya nama siar sebenarnya tidak jauh berbeda dengan nama pena yang memiliki berbagai tujuan salah satunya sebagai personal branding. Ketika seorang penyiar radio mampu membuat pendengar mengingat dengan mudah dari sebutan yang mudah diingat, maka bisa dikatakan namanya mampu untuk membuat branding dari si penyiar itu sendiri, apalagi jika di dalamnya terdapat keunikan dan ciri khasnya, karena memang setiap orang akan memiliki ciri khasnya sendiri.
“Selain itu juga kenapa kita menggunakan nama siar karena pertama tadi itu, terus kedua kenapa kita menggunakan nama siar ketika di media radio, karena untuk mengantisipasi juga kalau ada orang-orang yang berniat jahat, kan ada beberapa kasus juga dimana ada pendengar yang terobsesi juga kan, tipe pendengar itu juga macam-macam loh. Dan, pernah kejadian juga sama Mas Parjo, jadi ada pendengar yang mencari rumah Mas Parjo, nah dengan nama udara ini kan bisa mengantisipasi menjaga nama aslinya dia gitu.” lanjut Rosita Indah Utami, salah satu penyiar Radio Kasihku yang saat itu juga diwawancarai berasama Salim.
Kemudian untuk membuat ciri khas tersendiri bagi penyiar Radio Kasihku, Rosita lebih lanjut menjelaskan bahwa ia memilih nama siar Reva berawal dari boomingnya sinetron Anak Jalanan yang di dalamnya terdapat tokoh bernama Reva, dari itu ia memilih nama udaranya menjadi Reva agar para pendengar mudah mengingatnya. Selain itu, ciri khas yang ia punya sebagai penyiar Radio Kasihku dalam membuat branding adalah dengan menyebutkan kata “Yuhuu” saat siaran.
“Kalo dari saya sendiri biasa nyebutin kata Yuhuu supaya jadi ciri khas gitu, terus penyiar lain juga ada ciri khasnya sendiri-sendiri kaya mas Fauzan juga ada, terus mas Parjo karena orangnya humoris dia lebih banyak ke arah gaya bahasa yang menghibur pendengar, lebih banyak ketawanya jadi lebih mencairkan suasana. Mungkin ketika pendengar ada yang sedang capek atau lelah, terus ketika mendengarkan mas Parjo siaran mereka bisa jadi terhibur begitu kan, dan intinya masing-masing orang membawa brandingnya sendiri dan ciri khasnya juga yang menentukan diri sendiri.. jadi nggak bisa harus ditentukan, harus begini ciri khasnya harus begitu ciri khasnya itu, begitu.” sambungnya.
Kemudian bagi penyiar yang baru belum memiliki branding, maka biasannya akan meniru branding penyiar lama lalu dimodifikasikan kembali dengan ciri khasnya sendiri. Adanya branding yang mampu dibangun oleh para penyiar Radio Kasihku mampu membuat Radio Kasihku masih bertahan di era sekarang. Dengan personal branding yang berbeda-beda pun membuat para pendengar merasa tidak terlupakan dan merasa dekat dengan penyiar ketika siaran berlangsung, hal ini sesuai seperti tagline yang dimiliki Radio Kasihku yaitu “Jen Kayong Kemutan Bae” yang artinya adalah “duh teringat terus”.