Lebak, hipotesa.id – Puluhan siswa Madrasah Aliyah (MA) Mathla’ul Anwar yang berada di Desa Cikeusik, Kabupaten Lebak, Banten terpaksa harus belajar di luar ruangan.
Pasalnya, beberapa bangunan di sekolah yang berdiri sejak puluhan tahun ini harus ambruk dikarenakan bangunan yang sudah tidak lagi kokoh, ditambah atap sekolah yang langsung menghadap genteng tanpa memakai plafon dan hanya menggunakan beberapa kayu sebagai tiang penyangga tidak lagi kuat untuk menahan atap gedung sekolah.
Ambruknya atap ruang kelas yang terjadi pada Senin, 3 April 2023 ini pun menimpa seluruh sarana pendukung di sekolah seperti meja, kursi, bor, lemari.
“Aktivitas belajar sementara waktu ini kami lakukan secara online, atau mungkin bisa dilapangan yang penting anak-anak harus tetap belajar, sebelum benar-benar sekolah ini bisa layak dipake kembali,” ucap Buya Solihin Dewan Guru MA Cikeusik Desa pada Senin, 3 April 2023.
Dijelaskan Buya Solihin, bangunan sekolah Swasta tersebut memang sudah lama tidak direnovasi. Beruntung tidak ada korban jiwa pada peristiwa ambruknya atas sekolah yang menampung sebanyak 20 siswa ini.
“Beruntung kejadian pada hari senin 3 April 2023 tidak ada korban jiwa, karena kejadian itu terjadi setelah anak-anak tidak ada,” ucapnya.
Terpisah, Aceng Murtado, Alumni Aliyah Mathla’ul Anwar Cikeusik desa juga ikut berbicara terkait ambruknya sekolah ini.
Sebab, menurut dia, hal ini terjadi akibat kurang perhatiannya Mathla’ul Anwar Pusat ke sekolah sekolah yang ada di perkampungan.
“Kami sangat miris mendengar sekolah tempat kami belajar dulu ambruk dan sudah tidak layak pakai lagi, saya berharap ada bantuan dari berbagai pihak terkait ambruknya tempat generasi penerus bangsa ini, baik dari pemerintah, perseorangan, dan terkhusus kepada Pengurus MA Mathla’ul Anwar Pusat, ucapnya.
Menurutnya, kondisi sekolah yang tidak layak pakai ini sudah sepantasnya menjadi pengurus perhatian Mathla’ul Anwar Pusat, terkhusus bisa lebih memperhatikan bangunan sekolah yang berada di pelosok perkampungan.
“Karena biar bagaimanapun ini menjadi tanggung jawab besar para pengurus MA, dan menjadi PR yang harus diperbaiki kedepannya, terkait kepedulian terhadap sekolah Mathla’ul Anwar yang ada di perkampungan, terkhusus di Cikeusik Desa,” ucap Aceng Murtado.
Dijelaskan Aceng Murtado, selama 12 tahun dirinya naik disana, diakuinya bahwa sekolah tersebut jarang mendapat perhatian dari pihak terkait.
“Saya aneh padahal perguruan Cikeusik Desa ini sudah mengeluarkan ratusan Siswa dan tidak sedikit orang yang berprestasi di luar sana dari alumni sini, tapi kok kayak terkesan diam dan tidak peduli dari kokolot MA, padahal harusnya mendapatkan dukungan, baik itu sarana, ataupun prasarananya yang menyangkut kepentingan sekolah. Kalau ada korban jiwa, siapa yang akan bertanggung jawab,” katanya. ***