hipotesa.id – Perubahan iklim menjadi sebuah isu yang tiada habisnya untuk di bahas. Perubahan iklim itu sendiri dapat dikatakan sebagai gejala pemanasan global, hal itu terjadi dikarenakan meningkatnya gas rumah kaca pada lapisan atmosfer yang berlangsung dalam waktu-wakti tertentu. Perubahan iklim yang terjadi dapat berimpect kepada kehidupan makhluk hidup.
Dengan adanya perubahan iklim yang dilakukan secara terus menurus, dapat menjadi krisis iklim. Krisis iklim secara etimologi ialah sebutan pada gambaran pemanasan global dalam keadaan yang sangat kronis akibat dari peribahan iklim.
Beberapa penyebab perubahan atau krisis iklim ialah:
1. Efek gas rumah kaca
2. Pemanasan global
3. Kerusakan lapizan ozon
4. Gas buang industry
5. Pemakaian Cloro Flour Carbon yang berlebihan
Selain beberapa penyebab diatas, ada beberapa artikel yang mengatakan bahwa penyebab dari krisis iklim terjadi dari perilaku manusia. Dari history revolusi industry pada tahun 1760-1860 adanya gerakan yang sangat besar para pekerja manusia di sektor pertanian, sektor transportasi sampai manufaktur yang diagntikan oleh tenaga mesin.
Ketika mesin-mesin itu ingin digerakan perlu adanya sebuah energi atau tenaga yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Kandungan yang berada didalam bahan bakar fosil ialah karbon yang sangat tinggi dan cukup besar. Tak hanya itu bahan bakar penggerak berasal dari batu bara, minyak dan juga gas, hal itu digunakan manusia untuk menjadi karbon. Sehingga keberhasilan manusia mengubah sumber daya alam tersebut menjadi karbon menjadi manusia terus menggali sumber daya alam-sumber daya alam.
Lalu bagaimana dengan dampak dari perubahan atau krisis iklim ini?
Pertama, menipisnya lapisan ozon membuat ini Krisis iklim paling utama karena lapisan ozon merupakan tameng yang dapat melindungi dari sebuah radiasi sinar ultraviolet yang disemburkan oleh matahari. Fakta studi ialaah sebanyak 99% radiasi dari sinar ultraviolet dapat ditahan dengan lapizan ozon, sedanglan 1% berhasil menyentuh bumi.
Kedua, daerah kutub yang dapat mencair karena adanya pemanasan global yang dipicu dengan menipisnya lapisan ozon. Sehingga ketika suhu bumi meningkat daerah kutub es dapat perlahan menjadi cair. Desember 2021, terdapat sebuah beritata kabar yang menggemparkan tentang para ilmuan Inggris mengenai mencairnya glister raksasa di negara bagian florida, AS, dan di tahun 2022 camp pendakian Gunung Everest pada musim panas dipakai 1500 manusia dan mengalami penipisan glister.
Para peneliti mengatakan bahwasannya Glester tersebut yang terletak di Pegunungan Himalaya menderita penipisan seerta meleleleh yang timbul dari efek pemanasan global. Dengan ini daerah kutub es yang memiliki banyak es disana jika krisis iklim ini semakin parah, bisa jadi potensinya bencana alam akan tinggi ketika daerah kutub es mencair.
Ketiga, dapat menyebabkan bencana Hidrometeorologi akibar dari hujan deras yang berlebihan sehingga menyebabkan banjir bandang yang parah kepada masyarakat. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebutkaan bahwasannya bencana Hidrometerologi ini sebagai bentuk bencana yang disebabkan dari kegioatan cuaca ekstrem atau dengan contoh curah hujan yang itensitasnya sangat tinggi, temperature yang meningkat dan kelembapan.
Keempat, mengalami kerusakan pada ekosistem laut. Bencana ini tidak hanya mencapai permukaan air saja akan tetapi jika bencana seperti hujan besar dan lain lain menyebabkan banji dan tsunami, sehingga ekosistem yang berada di laut menjadi terancam akibat air laut yang naik.
Kelima, terjadinya kenaikan dari angka kemiskan akibat krisis iklim. Contohnya seperti para pekerja di sektor pertanian dan sektor laut, jika cuaca ektrem terus menerus membuat mereka tidak bisa berpenghasilan sehingga kemiskinan sangat tinggi.
Di indonesia, benyak masyarakat yang menggantungkan pekerjaannya di sektor pertanian dan pesisir pantai. Sehingga ia sangat kesusahan apabila cuaca yang ektrim menimpa daerahnya. Jika mengalami kekeringan juga para pekerja tersebut sangat susah dengan langkanya air terutama air bersih.
Krisis Iklim dalam perspektif Ketahanan Nasional
Terdapat beragam faktor yang berperan dalam mengakibatkan ketidakamanan (Insecurity) , tidak hanya satu penyebab saja. Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada ketidakamanan (Insecurity) manusia adalah Krisis Iklim, yang dapat merusak mata pencaharian warga, menimbulkan konflik, merusak identitas budaya, serta memaksa orang untuk bermigrasi. Semua tantangan ini dapat menyulitkan pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi penduduknya.
Krisis Iklim telah terjadi dan menghadirkan ancaman serius bagi manusia dan lingkungan. Selain itu, Krisis Iklim juga menghasilkan sebagian besar bencana alam di Indonesia, seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung, dan gelombang pasang. Bencana ini dapat berdampak parah pada ekonomi dan lingkungan, bahkan menurunkan tingkat ketahanan nasional.
Interaksi kompleks antara krisis iklim dan pemicu konflik dan kerapuhan sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan tertentu dapat dikategorikan ke dalam lima jalur risiko yang luas. Efek keamanan manusia dari krisis iklim ini sedang terjadi. Namun, kita dapat memperkirakan bahwa dampak terhadap konflik dan krisis ini akan semakin parah seiring dengan semakin intensifnya dampak krisis klim.
Terlepas dari risiko yang akan datang, kemampuan kita untuk menilai, mengelola, dan mengatasi risiko kerapuhan iklim yang ada dan yang muncul masih tertinggal dari lanskap risiko yang berkembang. Selain itu, kita cenderung meremehkan skala dan ruang lingkup risiko krisis iklim.
Dari pandangan keamanan nasional, Krisis Iklim merupakan potensi ancaman yang dapat mengganggu baik secara internal maupun eksternal. Krisis Iklim dikategorikan sebagai gangguan karena berpotensi menghambat kemajuan negara.
Paradigma keamanan yang holistik dapat diselaraskan dengan konsep Ketahanan Nasional.
Ketahanan Nasional memiliki kesamaan dengan keamanan holistik karena mempertimbangkan keamanan dari berbagai perspektif. Keamanan tidak terbatas pada perspektif militer, tetapi mencakup ruang lingkup yang lebih luas, meliputi aspek ekonomi, politik, dan sosial. Namun dalam praktiknya, pendekatan militer tetap mendominasi meski mencoba mengadopsi paradigma holistik.
Konsep human security merupakan pilihan yang tepat, karena terbukti mampu mencakup keamanan di berbagai sektor, baik militer maupun sektor lain seperti ekonomi, pangan dan energi, serta lingkungan.
Walaupun tak ada peraturan khusus mengenai keamanan nasional, Indonesia bisa memakai definisi Ketahanan Nasional untuk meliputi keamanan dalam konteks yang lebih luas.
Pendekatan ini sukses menjaga penduduk dari berbagai ancaman, bahaya, dan risiko. Pada intinya, Ketahanan Nasional dan keamanan manusia (Human Scurity) memiliki tujuan yang serupa yakni menjamin perlindungan, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat.
Namun, dengan analisis menyeluruh tentang risiko keamanan iklim dan pandangan ke depan untuk menginformasikan pemahaman kita tentang bagaimana krisis iklim berinteraksi dengan pendorong konflik dan kerentanan sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan, siapa yang paling terkena dampak dan dalam kondisi apa, kita akan berada lebih baik ditempatkan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi risiko yang penting untuk menjaga perdamaian dalam krisis iklim.
Memastikan bahwa semua adaptasi perubahan iklim peka terhadap konflik, memperhitungkan prediksi perubahan iklim jangka menengah hingga panjang di semua program konflik, dan memantau dan mengevaluasi dampak pada risiko keamanan iklim merupakan solusi komprehensif untuk mengelola risiko perubahan iklim untuk keamanan manusia.
Pendekatan seperti itu untuk memikirkan kembali hubungan antara manusia dan lingkungan akan memungkinkan kita untuk menjaga perdamaian saat kita mengatasi tantangan lingkungan di luar dalam beberapa tahun ke depan.
Untuk mencapai program NZE memiliki beberapa tantangan, seperti menentukan potensi enertgi terabarukan yang tersedia, penanaman modal besar, neraca perdgangan, dengan kesiapan infrastruktur dari kelistrikan termasuk keandalan jaringan serta fleksibelitas yang tinggi. Tantangan awal yang harus diatasi dalam mencapai NZE adalah dominasi batubara dalam sistem energy konvensional.
Tantangan lain yang dihadapi dalam komitmen Indonesia untuk mencapai misi Net zero emission tahun 2060 karena sebagian besar pembangunan energy baru terbarukan atau (EBT) di dalam kawasan hutan lindung, termasuk pembangunan geothermal di Padarincang Provinsi Banten yang di lakukan di bawah kaki gunung Praksak yang mana penambangan terbuka dilarang oleh undang-undang tnetang kehutanan pada No.39/2004.
Undang-undang pada poinnya disini bisa dibilang sebagai penghalang bagi pengembangan ekplorasi iklim yang berada di indonesia (panas bumi). 2008, ESDM mengeluarkan kebijakan baru pada ESDM No. 14/2008 menetapkan harga dari sumber acuan mengenai sumber tander panas bumi.
Kemudian menteri ESDM pada tahun 2009 mengeluarkan sebuah kebijakan yaitu pada peraturan no. 5 tahun 2009 pada point menetapkan bahwasannya tarif listrik untuk semua jenis generator termasuk pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Disini diharuskan bahwasannya PLN harus mengumumkan sebuah hargaan atau bacaan harga dari mereka sendiri berdasarkan suatu jenis energi, lokasii, faktor dan kapasitas. Sejak perarturan no.5 2009 ini berlaku yang sebelumnya mengenai peraturan No. 4 2008 sudah tidak diimplemntasikan lagi atau tidak berlaku lagi.
Ada peraturan yang terbarukan yang hampir sama dengan peraturan-peraturan sebelumnya yang mencakup dari point-point no.5 2009 yang dimana mengenai tarif PLN masi menggunakan tafsiran harga dari menentukan tarif listrik.
Kemudian tantangan lain yang dihadapi dalam Implementasi Net Zero Emission di Provinsi Banten terkait problem pemrintah dengan masyarakat karena minimnya program edukasi dari pemerintah mengeai penyuluhan kepada masayarakat lokal terkait proyek panas bumi.
Tentunya mengenai tantangan pemerintah untuk memberikan edukasi menjadi sebuah problem yang perlu diperhatikan karena pada dasarnya masyarakat indonesia tidak semua paham akan kemajuan teknologi dan paham mengenai perubahan iklim itu sendiri.
Adapun mengenai tantangan ini merupakan salah satu dari banyaknya tantangan seperti perubahan iklim, kemudian jika berkaca dari lokasi indonesia di Banten tepatnya di kabupaten serang, kecamatan padarincang memiliki problem yang sama pada seperti daerah yang lain yang dimana pemerintah disini kurang dalam memberikan edukasi mengenai perubahan iklim yang dimana pemerintah kerap-kali menggangap bahwasannya tugas untuk memberi edukasi kepada masyarakat bukan tugas dari pemerintah daerah yang dimana banyak sekali masyarakat yang tinggal diarea acuan panas bumi yang dimana mereka pemerintah daerah menggap itu bukan tanggung jawab mereka.
Kurang pemerahan dari masyarakat mengenai urgensi proyek panas bumi meyebabkan seringnya terjadi sebuah penolakan dari masyarakat dan berujung menghambat dalam pekerjaan proyek panas bumi, tentunya situasi seperti ini kerap kali merugikan pemeirntah dan masyarakat sekitar mengenai proyek ini sendiri karena menganggap bahwasannya saling ketidakpercayaan antara masyarakat dengan pemerintah ataupun pemerintah terhadap masyarakat.
Jika pemerintah ingin membangun rasa percaya masayarakat terhadap pemerintah tentu baiknya memberikan edukasi mengenai proyek nettzero ini dilakukan 3 hingga 6 bulan sebelum kegiatan fisik dilaksanakan dalam lokasi tentunya harus ada pendekatan sosial terlebih dahulu dan kemudian implementasikan terus-menerus kepada masyarakat jika ada proyek yang bersangkutan dengan masyarakat untuk menjaga hubungan jangka panjang antar pemerintah dengan masyarakat dalam rasa kepercayaan.
Adapun perbedaan persepsi dari perusahaan dengan masyarakat itu sendiri mengenai geotermal yang dimana perusahan menganggap bahwasannya geotermal merupakan suatu program pemerintah pusat yang dalam artian disini wajib diikuti oleh semua pihak yag terkait.
Akan tetapi masyarakat disini menganggap perusahaan PT.SBG tidak memiliki izin secara lengkap tapi sudah turun langsung kelapangan. Selanjutnya mengenai point yang beda persepsi anatara perusahaan dengan masyarakat yaitu mengenai pemanfaat geotermal yang dimana perusahaan menganggap bahwasanya potensi energi panas bumi di gunung prakasak bermanfaat untuk pasokan listrik nasional khususnya pulau bali-jawa, akan tetapi berbeda dengan masyarakat yang dimana masyarakat disini menganggap bahwasannya pengambilan geotermal akan berdampak pada perusakan lingkungan. ***
Tentang Penulis: Artikel ini ditulis oleh Yudha Arya Permana, Mohamad Ilyasul Amal dan Jajat Jatnika, Mahasiswa UNTIRTA Serang Banten Jurusan Ilmu Pemerintahan