Serang, Hipotesa.id – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam himpunan mahasiswa jurusan di FKIP Untirta menggelar aksi unjuk rasa di depan ruang Dekanat pada Rabu (4/9/2024).
Aksi tersebut turut dimeriahkan dengan pementasan teater ubrug oleh Himpunan Mahasiswa (Hima) Seni Untirta sebagai bentuk penyampaian keresahan mahasiswa.
Aksi ini diinisiasi oleh organisasi mahasiswa FKIP Untirta dengan tuntutan utama agar Dekanat memberikan penjelasan serta tanggapan atas berbagai permasalahan yang ada di FKIP. Para mahasiswa menuntut transparansi rencana strategis Dekanat terkait pembangunan FKIP, perbaikan sarana dan prasarana, khususnya yang ramah disabilitas, serta transparansi penggunaan dana PNBP untuk kegiatan mahasiswa, laboratorium, delegasi perlombaan, dan pendanaan lain yang menunjang kegiatan civitas akademika.
“Kami pernah melakukan audiensi dan menuntut permasalahan yang sama, namun pihak Dekanat tidak memenuhi apa yang kami minta. Maka dari itu, hari ini kami menuntut tujuh permasalahan yang seharusnya bisa diselesaikan,” ujar Arya, salah satu peserta aksi.
Ketua Umum Hima Seni Untirta, Rizka Khofifatul Mardiah, menyatakan bahwa aksi teater ubrug dengan lakon “Kampung Sangiang Dengdek” menjadi bagian dari pernyataan sikap mahasiswa terhadap Dekanat. “Hari kemarin adalah hari kemarahan mahasiswa FKIP. Orasi dan keluhan kami menjadi bukti bahwa fakultas tidak sehati dengan kami. Tidak adanya transparansi terkait pencairan dana ormawa menjadi isu hangat pada aksi ini,” ujarnya.
Pertunjukan teater ubrug yang mengangkat cerita tentang kepala desa yang semena-mena terhadap warganya digunakan sebagai simbol representasi kritik terhadap Dekanat. Aksi yang awalnya berjalan damai sempat memanas saat Dekan FKIP menolak menandatangani perjanjian realisasi tuntutan. Namun, setelah desakan dari massa, Dekan akhirnya menyetujui dan menandatangani perjanjian tersebut.
Ketua BEM FKIP Untirta, Ferdan, menyatakan bahwa aksi ini merupakan lanjutan dari audiensi sebelumnya. “Sudah empat bulan lebih kami melihat kemunduran dari pihak Dekanat dalam mengelola FKIP. Kami membawa tujuh tuntutan yang merupakan aspirasi dari seluruh Himpunan Jurusan,” tegasnya. Meskipun Dekan telah menandatangani perjanjian, mahasiswa bertekad untuk terus mengawal realisasi tuntutan sesuai tenggat waktu yang telah disepakati.
Aksi berlangsung lancar meski sempat memanas. Para mahasiswa tetap fokus pada tuntutan, meskipun pesimistis terhadap realisasi yang dijanjikan.
Reporter ( C.Dinata)